Makalah Tafsir Tarbawi (Metode Pengajaran Menurut QS. Al-A'raf ayat 176 dan QS. Al-Ibrahim ayat 24-25)
Metode Pengajaran Menurut QS. AL-A’raf ayat 176 dan QS. Al-Ibrahim ayat 24-25
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi yang dibina oleh
Ida Fauziyatin Nisa’,M.Pd.I
Oleh:
Kelompok 9 kelas II/C
Anggun Wahyu Sulistya Alyasinda (2019.5501.01.04819)
Annisa Rahmadhatul Rahma (2019.5501.01.04804)
Septiani Favika Putri (2019.5501.01.04790)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI BOJONEGORO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga menciptakan banyak terimakasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi, Ibu Ida Fauziyatin Nisa’,M.Pd.I, dan atas bantuan dari pihak yang telah memberikan sumbangan baik materi makalah kemampuan memberi saran, maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi daripada makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kelancaran dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................
Daftar Isi.......................................................
Bab I PENDAHULUAN...............................
Latar Belakang............................................
Rumusan Masalah.....................................
Tujuan...........................................................
Bab II PEMBAHASAN................................
Metode pengajaran menurut QS. Al-A’raf ayat 176........................................................
Metode pengajaran menurut Qs. Al-Ibrahim ayat 24-25.....................................................
Nilai-nilai hadis tarbawi Qs. Al-A’raf ayat 176 dan Al-Ibrahim 24-25........................
Bab III PENUTUP........................................
Kesimpulan.................................................
Daftar Pustaka............................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna,kesempurnaan islam dapat dilihat dari Al-Qur’an yang merupakan sumber hukum dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Didalam Al-Qur’an juga mencakup ayat-ayat tentang pendidikan atau tarbiyah, baik secara tersirat maupun tersurat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan proses belajar mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan. Sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya. Maka dari itu akan membahas metode-metode pengajaran menurut Qs. Al A’raf ayat 176 dan Qs. Al Ibrahim ayat 24-25.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana metode pengajaran menurut QS. Al-A’raf ayat 176?
- Bagaimana metode pengajaran menurut Qs. Al-Ibrahim ayat 24-25?
- Bagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam Qs. Al-A’raf ayat 176 dan Al-Ibrahim ayat 24-25?
C. Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui metode pengajaran menurut Qs. Al-A’raf ayat 176.
- Untuk mengetahui metode pengajaran menurut Qs. Al-Ibrahim ayat 24-25.
- Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Qs. Al-A’raf ayat 176 dan Qs. Al-Ibrahim ayat 24-25.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode pengajaran menurut Qs. Al-A’raf ayat 176.
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ
يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS: Al-A'raf Ayat: 176).
Quraish shihab menafsirkan surat Al-A’raf ayat 176 sebagai berikut: Jika Kami menghendaki untuk mengangkat derajatnya ke golongan orang baik, niscaya Kami lakukan dengan memberinya petunjuk untuk mengamalkan ayat-ayat yang Kami turunkan. Akan tetapi dia lebih memilih tersungkur di bumi dan tidak mengangkat derajatnya ke langit. Dia selalu mengikuti hawa nafsunya yang rendah. Keadaannya yang selalu berada dalam gundah gulana dan sibuk mengejar hawa nafsu duniawi, persis seperti anjing yang selalu menjulurkan lidah, baik saat dihalau maupun tidak, karena begitu kuatnya bernafas. Begitu jugalah seorang hamba dunia, selalu tergila-gila dengan kesenangan dan hawa nafsu duniawi. Sesungguhnya ini merupakan perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat yang Kami turunkan. Maka, ceritakanlah, wahai Nabi, kisah ini kepada kaummu, agar mereka berfikir dan beriman."
Ayat ini mengutarakan suatu fenomena bahwa anjing akan selalu menjulurkan lidah, saat dihalau maupun dibiarkan. Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa anjing tidak memiliki kelenjar keringat di kaki yang cukup, yang berguna untuk mengatur suhu badan. Karena itulah, untuk membantu mengatur suhu badan, anjing selalu menjulurkan lidah. Sebab, dengan cara membuka mulut yang bisa dilakukan dengan menjulurkan lidah, anjing dapat bernafas lebih banyak dari biasanya.
Selanjutnya Allah SWT berfirman bahwa seburuk-buruk perumpamaan adalah perumpamaan orang-orang yang ayat-ayat Kami. Dengan kata lain, seburuk-buruk perumpamaan adalah perumpamaan mereka yang diserupakan dengan anjing, karena anjing tidak ada yang dikejarnya selain mencari makanan dan menyalurkan nafsu syahwat. Barang siapa yang menyimpang dari jalur ilmu dan jalan petunjuk, lalu mengejar kemauan hawa nafsu dan berahinya, maka keadaannya mirip dengan anjing
Karena itulah di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Nabi Saw. telah bersabda: Tiada pada kami suatu perumpamaan yang lebih buruk daripada perumpamaan seseorang yang mencabut kembali hibahnya, perumpamaannya sama dengan anjing, yang memakan kembali muntahnya.
Metode Pendidikan dalam Ayat Ini:
1. Metode Perumpamaan
Adapun pengertian dari metode perumpamaan adalah penuturan secara lisan oleh guru terhadap peserta didik yang cara penyampainnya menggunakan perumpamaan. Seorang pendidik mengumpamakan seekor anjing yang terus menjulurkan lidahnya. Dalam hal ini seorang pendidik mengajari anak didiknya untuk senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita. Jangan merasa kekurangan, seperti seekor anjing baik itu ketika ia lapar, haus, berlari, maupun kenyang, ia terus menjulurkan lidahnya.
Kelebihan metode ini diantaranya yaitu: Mempermudah siswa memahami apa yang disampaikan pendidik, dan Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut (Sudiyono, 2009:285-286).
2. Metode cerita (kisah)
Dalam hal ini, seorang pendidik mengajarkan kepada muridnya dengan cara menceritakan kisah tentang seseorang yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah di milikinya. Seperti Qorun yang tamak akan harta yang dimilikinya, sehingga dengan ketamakannya itu, Allah menengglamkannya bersama hartanya tersebut.
Dengan demikian, ayat diatas memberikan perempumaan tentang siapapun yang sedemikian dalam pengetahuannya sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya, seperti melekatnya kulit pada daging. Namun ia menguliti dirinya sendiri dengan melepaskan tuntutan pengetahuannya. Ia diibaratkan seekor anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya sepanjang hidupnya. Hal ini sama seperti seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi ia terjerumus karena mengikuti hawa nafsunya. Ia tidak dapat mengendalikan hawa nafsunya dengan ilmu yang ia miliki. Seharusnya pengetahuan tersebut yang membentengi dirinya dari perbuatan buruk, tetapi ternyata baik ia sudah memiliki hiasan dunia ataupun belum, ia terus menerus mengejar dan berusaha mendapatkan dan menambah hiasan duniawi itu karena yang demikian telah menjadi sifat bawaannya seperti keadaan anjing tersebut.
B. Metode pengajaran menurut Qs. Al-Ibrahim ayat 24-25.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (QS: Ibrahim Ayat: 24).
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS: Ibrahim Ayat: 25).
Ayat ini mengajak siapapun yang dapat melihat yakni merenung dan memperhatikan, dengan menyatakan: “Tidakkah kamu melihat, yakni memerhatikan, bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik? Kalimat itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh menghujam kebawah sehingga tidak dapat dirobohkan oleh angin dan cabangnya tinggi (menjulang) ke langit yakni keatas.
Pohon itu memberikan buahnya pada setiap waktu, yakni musim, dengan seizin Tuhannya sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang memuaskan. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan, yakni memberi contoh dan permisalan untuk manusia supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal konkret sehingga mereka selalu ingat (Quraish Shihab, 2002:365).
Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadian serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya kepada setiap manusia. Begitu juga halnya dengan manusia, ia juga harus bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakekatnya ilmu pengetahuan yang telah di perolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT. (Kementerian Agama RI, 2010:144-145)
Metode Pendidikan Dalam Ayat Ini:
1. Metode perumpamaan
Dalam dunia pendidikan, membuat perumpamaan akan membantu memahamkan dan mengingatkan peserta didik terhadap makna perkataan, karena hati lebih mudah di lunakkan dengan perumpamaan-perumpamaan. Dengan perumpamaan, sesuatu yang rasional bisa disesuaikan dengan sesuatu yang indrawi. Maka, tercapailah pengetahuan yang sempurna tentang sesuatu yang diumpamakan.
2. Metode kontemplasi
Dalam ayat ini memberikan gambaran kepada kita untuk merenungi dan mentafakuri ciptaan Allah SWT agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya. Dengan metode kontemplasi, pendidik dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kandungan ayat-ayat Allah yang memiliki kandungan-kandungan makna yang tersirat, sehingga dapat menyampaikannya kepada peserta didik.
Metode pendidikan yang baik dalam kegiatan belajar mengajar harus: 1) Menggunakan perumpamaan yang baik-baik saja agar mendapatkan contoh yang baik sehingga peserta didik dapat menirunya. 2) Menggunakan kata-kata yang baik dan benar agar peserta didik mampu menyerap manfaat darinya. 3) tidak diperbolehkan menggunakan katakata buruk yang dapat mempengaruhi perilaku siswa. 4) senantiasa menggunakan Al-Qur’an dan Hadits sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar.
C. Nilai-nilai hadis tarbawi Qs. Al-A’raf ayat 176 dan Al-Ibrahim 24-25
Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan, di dalamnya menjelaskan berbagai aspek-aspek kehidupan termasuk mengenai pendidikan. Al-Qur’an surat Al-A’raf merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang di dalamnya menjelaskan hal-hal mengenai metode pendidikan Islam. Jika kita mengamati fenomena yang ada dihadapan kita, sepertinya pendidikan Islam tampaknya terasa kurang terkait atau kurang memperhatikan terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan Islam yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu dihayati dalam jiwa peserta didik sehingga dapat menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat dan berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-harinya. Dari sinilah peneliti tertarik untuk meneliti tentang metode pendidikan Islam. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa saja metode pendidikan Islam yang terkandung dalam surat Al-A’raf, sehingga dapat diimplementasikan dalam proses pendidikan Islam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf adalah penulis memilih dua metode yaitu metode perumpamaan dan metode cerita.
Al-qur’an dan Hadits merupakan dua sumber ajaran Islam, dimana segala sesuatu mengenai hidup dan kehidupan telah diatur didalamnya (Al-qur’an dan Hadits). Di dalam menyampaikan ajaran-Nya Al-qur’an menggunakan berbagai metode, Metode mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk mencapai tujuan dalam proses penyebaran ajaran Islam, sebab metode menjadi salah satu cara untuk menjelaskan inti ajaran Islam yang terdapat dalam Al-qur’an dan Hadits, agar dapat dipahami oleh manusia. Salah satu metode yang digunakan adalah metode amtsal atau perumpamaan. Dari sekian perumpamaan yang Allah buat diantaranya terdapat pada QS. Ibrahim ayat 24-25 dan QS Al-Fath ayat 29 tentang perumpamaan sifat pohon. Penelitian ini mencoba mengungkapkan perumpamaan sifat pohon dalam pembentukan akhlak mukmin, yang sesuai dengan QS. Ibrahim ayat 24-25.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qs. Al-A’raf ayat 176 mengumpamakan seekor anjing yang terus menjulurkan lidahnya karena anjing tidak ada yang dikejarnya selain mencari makanan dan menyalurkan nafsu syahwat. Qs. Al-A’raf menggunakan metode perumpamaan dan metode cerita.
Qs. Al-Ibrahim ayat 24-25 mengumampakan mengenai umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan kata-kata yang baik, kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi. Qs. Al-Ibrahim menggunakan metode perumpamaan dan metode kontemplasi.
Nilai-nilai Qs. Al-A’raf 176 dan Al-Ibrahim 24-25 yaitu mengubah pengetahuan Islam yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu dihayati dalam jiwa peserta didik sehingga dapat menjadi sumber motivasi bagi peserta didik untuk bergerak, berbuat dan berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Agama RI. 2009, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 2 Juz 4-5-6. Jakarta: Kementrian Agama RI.
Kementrian Agama RI, 2010, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Penerbit Lentera Abadi
Shihab, M. Quraish, 2002, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati
Sudiyono, M, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Rineka Cipta
Tafsir, Ahmad, 1994, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Komentar
Posting Komentar