Makalah Aswaja 2 (Tradisi Nahdliyin : Tradisi Bulan Syuro, Tradisi Bulan Sya'ban, Tradisi bulan Shafar)
MAKALAH ASWAJA 2
Tradisi Nahdliyin
(Tradisi Bulan Syuro, Bulan Sya’ban, dan Bulan Shafar)
Dosen Pengampu : Su’udin Aziz, M.Ag.
Disusun Oleh :
- Anggun Wahyu Sulistya Alyasinda (2019.5501.01.04819)
- Dwi Ari Rahayu (2019.5501.01.04813)
- Muhammad Agus Wibowo Febrianto (2019.5501.01.04817)
- Weni Muasaroh (2019.5501.01.04814)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI BOJONEGORO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga menciptakan banyak terimakasih kepadan Dosen Pengampu mata kuliah Aswaja 2, Bapak Su’udin Aziz, M.Ag., dan atas bantuan dari pihak yang telah memberikan sumbangan baik materi makalah, kemampuan memberi saran, maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannyadapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi daripada makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang mrmbangun dari pembaca demi kelancaran dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul............................................
Kata Pengantar................................................
Daftar Isi............................................................
Bab I PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................
Rumusan Masalah..........................................
Tujuan................................................................
Bab II PEMBAHASAN
Pengertian Tradisi Nahdliyin......................
Macam-macam Tradisi Nahdliyin.............
Bab III PENUTUP
Kesimpulan......................................................
Daftar Pustaka.................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pandangan kaum Nahdliyin, kehadiran Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW bukanlah untuk menolak segala tradisi yang mengakar menjadi kultur budaya masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan-pembenahan dan pelurusan-pelurusan terhadap tradisi dan budaya yang tidak sesuai dengan risalah Rasulullah SAW.
Budaya yang telah mapan menjadi nilai normatif masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam akan mengakulturasikannnya bahkan mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan tradisi Islam itu sendiri. Seperti contoh tradisi bulan Asyura, tradisi bulan Sya’ban dan tradisi bulan Shafar.
- Adapun perumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut:
- Apa pengertian tradisi Nahdliyin?
- Macam-macam tradisi Nahdliyin?
C. Tujuan
- Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui pengertian tradisi Nahdliyin.
- Untuk mengetahui macam-macam tradisi Nahdliyin.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tradisi Nahdliyin
Tradisi atau kebiasaan adalah sesuatu yang dilakukan sejak lama yang menjadi bagian dari kehidupan kelompok masyarakat biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Tradisi dalam pengertian yang lain adalah adat istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. Sedangkan Nahdliyin adalah julukan dari seorang pengikut organisasi agama Islam yaitu Nahdatul Ulama atau NU, organisasi ini menganut paham Ahlusunnah wal Jama’ah.
B. Macam-macam Tradisi Nahdliyin
1. Tradisi Bulan Syuro
Pada sepuluh hari pertama bulan Muharram, kaum muslimin di berbagai belahan dunia banyak menunaikan ibadah puasa sunnat, terutama tanggal 9 dan 10 Muharram. Di tanah air sebagian kaum muslimin mengadakan aneka ragam tradisi berkaitan dengan hari Asyuro (tanggal 10 bulan Muharram), atau yang dikenal dengan bulan syuro (bulan Sorah). Ada 15 macam kebaikan yang dianjurkan dilakukan pada bulan Asyuro yaitu:
a. Bersedekah pada fakir miskin.
b. Mengusap kepala anak yatim.
c. Memberi buka orang yang berpuasa.
d. Menyiramkan air.
e. Mengunjungi saudara seagama.
f. Mandi
g. Menjenguk orang sakit.
h. Memuliakan dan berbakti kepada orang tua.
i. Menahan amarah dan emosi.
j. Memaafkan orang berbuat aniaya pada bulan Asyuro.
k. Memperbanyak ibadah sholat, doa dan istighfar.
l. Memperbanyak dzikir kepada Allah.
m. Menyingkirkan apa saja yang menganggu orang dijalan.
n. Berjabatan tangan dengan orang yang dijumpainya.
o. Memperbanyak membaca surat Al-Ikhlas sampai seribu kali.
Dalam rangka menerapkan anjuran para ulama tentang hari Asyuro, umat Islam Nusantara merayakan upacara Asyuro dengan tradisi membuat bubur Syuro (tajin sorah) yang disuguhkan pada keluarga atau tetangga.
“ Abu Sa’id al-Khudri berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang membuat kaya keluarganya (dalam hal belanja dan makanan) pada hari Asyura, maka Allah akan menjadikannya kaya selama satu tahun.” Hadist Shahih. (HR. al-Thabrani dan al-Baihiqi).
2. Tradisi Bulan Sya’ban
Bulan Sya’ban adalaha bulan istimewa. Pada bulan Sya’ban amalan manusia dilaporkan kepada Allah SWT. Nabi SAW memperbanyak puasa dibulan Sya’ban, dibanding bulan-bulan lainnya.
“Al-Imam Ahmad dan al-Nasa’i meriwayatkan hadist Usamah bin Zaid, yang berkata: “Rasulullah SAW terkadang berpuasa selama beberapa hari berturut-turut sehingga kami berkata, beliau tidak sarapan pagi. Beliau juga sarapan pagi selama beberapa hari sehingga hampir saja beliau tidak berpuasa kecuali dua hari dari jum’at, apabila dua hari itu menjadi bagian puasanya. Kalau tidak beliau berpuasa pada dua hari itu. Nabi SAW tidak berpuasa pada bulan-bulan yang ada seperti puasa beliau pada bulan Sya’ban. Aku berkata kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah SAW, aku tidak pernah melihatmu berpuasa pada bulan sebelumnya seperti puasa anda pada bulan Sya’ban?” Nabi SAW menjawab, “Bulan Sya’ban itu, bulan yang dilupakan manusia antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan Sya’ban itu, bulan dimana amal manusia diangkat kepada Allah SWT Tuhan semesta alam. Aku ingin, amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa.” (Al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, Lathaif al-Ma’arif, hal. 236).
Dalam menghadapi bulan istimewa, dimana amal manusia dilaporkan kepada Allah SWT, umat Islam di Indonesia melakukian tradisi ruwahan (memperbanyak sedekah), sehingga bulan ini disebut dengan bulan Ruwah ( bulan Rebbe). Pada bulan Sya’ban di kalangan masyarakat kita ada pula tradisi ziarah kubur, atau biasa disebut tradisi nyadran. Tradisi lain yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat pada malam nisfu Sya’ban adalah shalat sunnat secara berjamaah dan dilanjutkan dengah doa bersama. Tradisi ini berkembang sejak generasi salaf, kalangan tabi’in.
3. Tradisi Bulan Shafar
Pada bulan Shafar, banyak sekali kaum muslimin di Indonesia yang melakukan tradisi bersedekah dengan membuat bubur Shafar (tajin Shafar). Bubur tersebut dibagi-bagikan kepada keluarga dan tetangga dengan tujuan menolak malapetaka.
“Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya sial dari bulan Shafar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati, rohnya menjadi burung yang terbang.” (HR. al-Bukhori dan Muslim).
Agama Islam menganjurkan agar kita melakukan amal kebaikan yang dapat menolak balak (sial dan ketidakberuntungan) seperti berdoa, berdzikir, bersedekah, dan lain-lain. Para Ulama di Indonesia sejak dulu menganjurkan memperbanyak bersedekah di bulan Shafar untuk menolak balak. Sedekah tersebut di tradisikan dengan bentuk bubur Shafar. Bahkan pada hari rabu terakhir bulan Shafar, tidak sedikit ulama kita yang melakukan tradisi shalat sunnat mutlak di hari rabu Wekasan dan membuat minuman yang diberi tulisan ruqyah agar terhindar dari malapetaka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi adalah adat istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. Sedangkan Nahdliyin adalah julukan dari seorang pengikut organisasi agama Islam yaitu Nahdatul Ulama atau NU yang menganut paham Ahlusunnah wal Jama’ah.
Macam-macam tradisi nahdliyin yaitu:
Tradisi bulan Syuro merupakan tradisi yang dilakukan dibulan muharram yang merupakan tahun baru islam.
Tradisi bulan Sya’ban merupakan tradisi yang dilakukan sebelum ramadhan.
Tradisi Shafar merupakan tradisi yang dilakukan untuk menolak balak atau malapetaka.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur. 2012. Risalah Ahlusunnah Wal Jama’ah. Surabaya: Khalista.

Komentar
Posting Komentar